Berawal dari Keluhan Pasien Peroleh Makanan & Obat

Gerakan Peduli Isoman Berdiri di Siantar

Komunitas Peduli Masyarakat Isolasi Mandiri (Isoman) telah berdiri di Kota Pematangsiantar sejak beberapa waktu lalu. Gerakan ini bertujuan untuk memberikan perhatian khusus bagi masyarakat yang sedang menjalani isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19. Gerakan ini dibentuk 28 Juli 2021. Digagas oleh Tigor Munthe, Hexa Hutapea, Roselina Sitepu, dan Johan Lumbangaol.

MATIUS GEA, Siantar

Salah seorang penggagas, Tigor Munthe yang ditemui, menerangkan lahirnya komunitas ini dilatarbelakangi karena kurangnya kepedulian pemerintah kepada masyarakat yang sedang menjalani isoman.

“Awalnya aku buat status di Facebook pada akhir Juli 2021 lalu. Ada dua warga yang sedang melakukan isolasi mandiri, komunikasi denganku. Mereka mengaku kesulitan memeroleh obat dan tidak adanya perhatian pemerintah,” kata Tigor.

“Dari cerita mereka yang kesulitan, aku buat status di Facebook,” sambungnya.

Postingan Tigor di akun Facebook pribadi Tigor Munthe dipublikasikan tanggal 28 Juli 2021. Isinya:
ISOMAN
Sehari ini, sudah dua pasien isoman di siantar mengabari, bahwa satgas atau pemko atau apalah namanya nyaris tak memberikan perhatian.
Mereka bertarung melawan virus dan pasukannya di tubuh mereka, sementara ekonomi mereka juga sedang tidak baik-baik saja akibat hantaman pandemi.
Jangan-jangan nasib serupa dialami banyak warga yang sedang isoman. Memang beginikah sebetulnya ‘prosedur’ kedaruratan: silakan anda berjuang sendiri?, tulis Tigor Munte di akun media sosial nya.

Selanjutnya, postingan tersebut di-share oleh Roselina Sitepu. Dari situlah gerakan ini mulai terbentuk.

“Jadi status FB ku itu kembali diposting oleh Roselina Sitepu, selanjutnya dia lempar ide. Kita pun sepakat membentuk gerakan Peduli Isoman yang ikut melibatkan Hexa Hutapea dan Johan Lumbangaol,” paparnya.
Mereka iba dengan warga yang sedang menjalani isoman, terlebih yang kondisi ekonominya tidak mampu.

“Setelah Komunitas Siantar Peduli Isoman Kota Siantar berdiri, kita langsung terus bergerak sekaligus memberikan bantuan,” tukas Tigor.

Masih kata Tigor, tujuan komunitas ini yakni, memberikan sedikit kemudahan bagi warga yang isolasi mandiri di rumah masing-masing. Komunitas ini juga menggandeng beberapa mahasiswa (relawan) yang sifatnya berharap donasi dari kalangan dermawan.

“Kita tau Covid-19 ini sangat beringas, dan kita tau siapa aja bisa kena. Apalagi kita pernah dengar pasien Covid-19 yang isolasi mandiri banyak untuk makan pun telantar. DI sini kita gerak pakai hati untuk membantu mereka,” terang Tigor.

Tigor menambahkan, bantuan diantarkan langsung ke rumah warga yang sedang menjalani isoman di rumah. Tentunya tidak ada kontak fisik. Bantuan diletakkan di depan pagar atau pintu-pintu rumah warga isoman dengan relawan tetap mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.

“Karena mereka yang isoman tidak diperbolehkan ke mana-mana sembarangan. Apalagi untuk memenuhi makanannya aja, mereka sangat kesulitan dan tidak bisa beli sendiri. Makanya kita dan tim yang antar. Kita lengkap pakai APD,” jelasnya.

Johan Lumbangaol menambahkan, sejak komunitas tersebut berdiri, bantuan dari warga terus mengalir. Setelah tim memeroleh data warga yang sedang menjalani isoman, bantuan pun disalurkan.

“Dengan prinsip, kami sama sekali tidak ada mengumpulkan uang,” tegasnya.
“Kami hanya kumpulkan bantuan berupa beras, telur, dan buah. Terus, vitamin maupun obat-obatan. Rata-rata mereka butuh vitamin dan obat-obatan resep dokter. Semoga masyarakat luas dapat memberikan donasinya kepada mereka,” tambahnya.

Sejauh ini, sambung Tigor, jika ada warga yang memberikan bantuan berupa uang, maka pihaknya bersama relawan lainnya saling koordinasi, sehingga uang tersebut bisa digunakan untuk membeli kebutuhan pasien yang menjalani isoman.

Ia berharap pihak Puskesmas di Kota Pematangsiantar bisa diajak bekerja sama. Salah satunya agar tenaga kesehatan dari Puskesmas bersedia mendatangi rumah pasien yang sedang isoman untuk dilakukan swab test ulang.

“Kendala di situ aja. Maunya mereka bisa kerja sama. Kalau pasien mau swab ulang harus datang ke Puskesmas, kan nggak mungkin. Malah bisa buat yang lain jadi ketularan. Semoga mereka bisa swab di rumah masing-masing pasien,” sebutnya. (*)