Angka Kematian Indonesia Peringkat 9 Dunia
JAKARTA, bumantaranews.com – Satgas Penanganan Covid-19 menyayangkan kasus kematian Indonesia lebih tinggi dibanding dengan rerata dunia. Satgas Covid-19 mencatat angka kematian Indonesia di angka 3,2 persen lebih tinggi dibandingkan angka dunia sebesar 2,09 persen. Berdasarkan angka kematian, Indonesia menduduki peringkat 9 kematian kumulatif tertinggi di dunia.
“Per 22 Agustus 2021, jumlah kematian mingguan di Indonesia sebanyak 8.784 kasus atau lebih dari seribu kematian per minggunya,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (25/8).
Dia menilai angka kematian masih menjadi tugas besar yang perlu dituntaskan bersama. Kenaikan minggu ini terjadi pada 33 provinsi atau hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Penurunan hanya terjadi di provinsi Kalimantan Tengah yang turun 0,03 persen, atau di minggu lalu 2,91 persen menjadi 2,88 persen di minggu ini. Yang cukup mendesak, perbaikan pada 5 provinsi karena mengalami kenaikan kematian tertinggi.
Yaitu di Jawa Tengah naik 0,32 persen, diikuti Lampung dan Gorontalo naik 0,3 persen, Bali naik 0,24 persen serta Bengkulu naik 0,17 persen. Jika melihat angka kesembuhan dan kematian Indonesia yang sama-sama tinggi, menjadi keadaan yang tidak biasa. Sebab biasanya apabila kesembuhan naik, maka kematian akan turun, begitupun sebaliknya.
“Hal ini menunjukkan secara umum problematika kematian nasional akibat pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan yang belum terselesaikan,” jelas Wiku.
Dia menduga permasalahan ini dapat disebabkan karena penguatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan isolasi terpusat tidak diimbangi dengan pemanfaatannya secara maksimal. Di sisi lain, pasien Covid-19 tidak tertangani dengan cepat atau masih melakukan isolasi mandiri dalam keadaan yang tidak memadai. Untuk itu, Satgas mendesak pemerintah daerah melakukan perbaikan. Upayanya dengan membaca dan memahami perkembangan data Covid-19 di wilayahnya masing-masing.
Menurut Wiku, hal itu bisa mengantisipasi perkembangan yang terjadi. Kemudian, terus perkuat posko di tingkat desa/kelurahan agar penanganan cepat dapat dilakukan sedini mungkin. Wiku mengingatkan pasien agar menjalani isolasi secara terpusat dan pemerintah daerah segera mengonversi tempat tidur di rumah sakit rujukan. Dan terus lakukan pengawasan protokol kesehatan yang ketat.
Selain itu, menurut Wiku, penting memperbaiki data kematian juga melalui proses sinkronisasi. Pemda diimbau terus tingkatkan sinkronisasi angka kematian dengan lembaga terkait apabila terdapat perbedaan data pusat dan daerah. “Dan data yang menjadi navigasi penanganan dapat lebih akurat dan kebijakan jyang dihasilkan lebih tepat sasaran,” imbuh Wiku. (tan/jpnn)