Kampus Didorong Kuliah Tatap Muka

JAKARTA, bumantaranews.com – Setelah jenjang pendidikan dasar hingga menengah memulai pembelajaran di sekolah, kini giliran pendidikan tinggi yang didorong untuk menjalankan kuliah tatap muka. Bahkan, Senin (6/9) lalu sejumlah kampus mulai menggelar kuliah tatap muka.

“Seiring menurunnya kasus Covid-19, pemerintah mendorong untuk dilaksanakan PTM terbatas di tingkat perguruan tinggi,” kata Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin dalam rapat terbuka senat Universitas Islam Malang kemarin.

Kuliah secara langsung di kampus itu terutama dijalankan di wilayah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1–3.
Ma’ruf mengatakan, meskipun kasus melandai, pelaksanaan PTM terbatas tetap mematuhi protokol kesehatan. Pihak kampus harus berkoordinasi dengan satgas Covid-19 setempat untuk membuka kembali perkuliahan tatap muka.

Di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi di Indonesia, Ma’ruf juga berpesan supaya perguruan tinggi memberikan kesempatan bagi seluruh mahasiswa untuk menjalankan tridarma perguruan tinggi. Di antaranya, dengan melibatkan mahasiswa dalam kegiatan sosialisasi prokes, menjadi relawan vaksinator, dan menggalang bantuan sosial. Juga ikut dalam kegiatan pemulihan dampak pandemi di tingkat masyarakat.

Sementara itu, Ditjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) kemarin menerbitkan surat edaran kuliah tatap muka untuk perguruan tinggi keagamaan Islam. Sejumlah poin dalam edaran tersebut, antara lain, kuliah tatap muka terbatas untuk mahasiswa semester I dan III tahun akademik 2021–2022. Kemudian untuk mahasiswa yang perlu praktikum dan tidak bisa dilakukan secara online.

Ketentuan lainnya, kampus di Jawa dan Bali untuk wilayah PPKM level 4 dan 3 tetap melaksanakan kuliah online secara penuh. Sedangkan kampus di wilayah PPKM level 2 melaksanakan kuliah tatap muka terbatas paling banyak 50 persen dari kapasitas.

Kampus di luar Jawa dan Bali di wilayah PPKM level 4 dan 3 dapat menggelar kuliah tatap muka dengan kapasitas maksimal 25 persen. Kemudian, wilayah PPKM level 2 dan 1 bisa melaksanakan tatap muka maksimal 50 persen.
’’Pelaksanaan perkuliahan tatap muka terbatas tetap menjalankan prokes,’’ kata Dirjen Pendis Kemenag M. Ali Ramdhani. Selain itu, harus ada rekomendasi atau izin dari satgas Covid-19 daerah masing-masing.

Terkait dorongan kuliah tatap muka, Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) Prof Panut Mulyono mengungkapkan, sebagian besar perguruan tinggi (PT) telah siap menggelar pembelajaran di kampus. Bahkan seharusnya dimulai awal semester ganjil lalu. Namun, harus tertunda karena kenaikan kasus yang terjadi pada Juli–Agustus.

Rencana itu pun harus kembali tertunda bagi sebagian PT yang memulai semesternya lebih awal seperti Universitas Gadjah Mada (UGM). Menurut dia, UGM sudah siap dengan segala mekanisme untuk blended learning (campuran). Mulai pengaturan shifting mahasiswa ketika kuliah di kampus, mata kuliah apa saja yang bisa diikuti secara langsung, dosen yang bisa mengajar di kampus, hingga menyiapkan GeNose untuk tes deteksi Covid-19 sebelum masuk kelas.

”Tapi, kan mulai semesternya beda-beda. UGM sudah masuk minggu ketiga. Tapi, ada juga yang baru mulai awal September,” ungkapnya.

Melandainya kasus positif Covid-19, imbuh dia, tentu bisa dijadikan pertimbangan untuk membuka perkuliahan tatap muka atau blended learning.
Panut mengakui, sebelumnya banyak kekhawatiran mengenai rencana perkuliahan tatap muka. Terutama dari pihak orang tua yang belum berani melepas anaknya kembali ke kampus. Sebab, vaksinasi Covid-19 belum semasif saat ini. ”Karena takut anaknya belum divaksin,” ujar rektor UGM tersebut.

Ketakutan itu perlahan terkikis. Vaksinasi sudah banyak digelar. Bahkan di PT sejumlah daerah, baik untuk warga kampus maupun umum. ”Jadi, saya kira kalau direncanakan lagi blended learning, persiapan perguruan tinggi sudah mantap,” katanya.

Sementara itu, sejumlah kampus menggelar kuliah tatap muka sejak kemarin. Salah satunya, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Rektor UNS Solo Prof Jamal Wiwoho bahkan ikut mengajar dalam perkuliahan tatap muka perdana.
’’Pelaksanaan kuliah tatap muka ini kami lakukan bersyarat dan bertahap,’’ tuturnya.

Beberapa syaratnya, mahasiswa yang hadir di kampus minimal sudah mendapatkan vaksin dosis pertama. Kemudian berlaku untuk mahasiswa dari Solo dan sekitarnya saja. Tujuannya, mengurangi mobilisasi. Mahasiswa dari luar Solo dan sekitarnya tetap melanjutkan kuliah dari rumah. Selain itu, kapasitas kuliah tatap muka maksimal 30 persen. Sisanya mengikuti kuliah secara live streaming dari tempat masing-masing.(jp)