Tips Latihan Pernafasan saat Isolasi Mandiri

Dunia saat ini sedang dilanda pandemi Covid-19. Tak terkecuali negara kita masih belum lepas dari kondisi pandemik ini. Penyakit yang dijuluki seribu wajah ini tidak hanya menyerang sistem pernafasan yang melibatkan paru-paru dan jantung, tetapi juga banyak organ lain yang terlibat seperti mata, kulit, pencernaan dan system saraf.

Tidak hanya itu, varian virus ini pun bertambah seiring peningkatan penularan dan angka kesakitan yang meningkat. Banyak diantara pasien penderita COVID-19 yang membutuhkan perawatan intensif dan membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit dalam penanganannya.

Di antara sekian besar jumlah angka kesakitan yang disebabkan oleh virus COVID 19 ini, banyak juga di antara masyarakat yang dapat menjalani isolasi mandiri di rumah dengan gejala ringan ataupun bahkan tanpa gejala.

Dalam menghadapi kondisi pandemi ini, khususnya bagi pasien Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah, disarankan untuk melakukan beberapa aktivitas yang dapat menurunkan risiko memberatnya gejala terutama yang mengeluhkan adanya gangguan pernafasan. Hal itulah yang menjadi tujuan tatalaksana rehabilitasi pernafasan agar masyarakat dapat menjalani isolasi mandiri dan lebih optimal.

Ada beberapa latihan pernapasan yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Salah satunya adalah pernafaan diafragma dimana tujuannya untuk meningkatkan pergerakan diafragma sebagai otot utama pernafasan sehingga pertukaran gas dan oksigen di paru lebih optimal. Prosedur ini dapat diawali dengan relaksasi otot bahu dengan mengangkat bahu.

Letakkan telapak tangan dominan (tangan kiri bagi yang bekerja kidal) di bagian perut atas persis di bawah tulang rusuk dan tangan satunya di atas dada. Bernapas perlahan melalui hidung sampai perut dirasa bergerak tetapi dada tidak terangkat. Tegangkan otot perut selama bernafas seperti meniup lilin. Hal ini dapat dilakukan selama 5-10 menit diulang 3-4 kali sehari.

Adakalanya bernafas kian memberat pada beberapa pasien Covid-19. Terutama pasien dengan riwayat merokok yang cukup berat sebelumnya.
Dalam kondisi ini, tipe latihan nafas diafragma dengan mulut mencucu dapat dilakukan untuk membuka jalan nafas lebih lama dan membebaskan udara yang terjebak di dalam paru yang notabene sulit dikeluarkan.

Prosedur latihan nafas ini diawali dengan relaksasi otot bahu dengan memutar gelang bahu atau mengangkat bahu. Kemudian lakukan tarikan nafas dalam dua hitungan atau dalam dua detik dengan mulut tertutup rapat.

Lanjutkan dengan membuang nafas secara perlahan melalui mulut yang mencucu yang dibuka sedikit seperti posisi meniup lilin hingga hitungan 4 atau 4 detik. Saat melakukan latihan nafas ini tidak diperbolehkan mengeluarkan nafas secara terpaksa. Latihan ini dapat diulang 4-5 kali sehari.

Latihan nafas yang lain yang juga dapat dilakukan mandiri adalah latihan mobilisasi rongga dada. Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan mobilisasi dari dinding dada, badan dan bahu, dan juga meningkatkan kemampuan otot-otot pernapasan saat tarik nafas dan buang nafas.

Hal ini dilakukan di saat posisi duduk, kedua tangan di genggam dan diletakkan di belakang kepala dan sedikit dibuka. Kemudian tarik nafas dalam sehingga tampak rongga dada mengembang maksimal. Kemudian saat mengeluarkan nafas, dilakukan dengan posisi membungkuk ke depan pada sendi panggul dengan tangan dirapatkan ke depan.

Saat melakukan latihan nafas, ada beberapa hal yang perlu jadi perhatian kita bersama. Hal-hal tersebut mencakup; saturasi oksigen, skala sesak, arus puncak nafas adakah disertai batuk, ukuran lingkar dada saat tarik nafas dan buang nafas, dan hitung panjang nafas. Saturasi oksigen dapat dinilai dengan oksimetri. Skala sesak Borg dapat menilai skala sesak dari 1-10 dimana 1 sesak yang sangat ringan dan 10 sesak yang sangat berat bahkan sulit menarik nafas.

Program rehabilitasi pernafasan ini bertujuan tidak hanya untuk mengurangi beban kerja otot pernafasan tetapi juga mengurangi kecacatan jangka panjang terhadap pasien pasca mengalami infeksi virus Covid-19.
Bila hal ini tercapai maka pasien akan dapat kembali bekerja dan berpartisipasi sosial seperti sebelumnya. Program rehabilitasi khusus pernafasan sangat diperlukan untuk perbaikan kondisi fungsional paru yang berujung pada kembalinya pasien ke dunia kerja seperti sebelumnya. (Oleh: dr Heny C Limbong)

Penulis adalah dokter yang tinggal di Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun.